Kamis, 16 September 2021

TRY OUT AKM LITERASI

NOMOR 1-2

Transformasi Banyuwangi Turunkan Tingkat Kemiskinan

Kurang dari 10 tahun, Banyuwangi mampu berubah wajah. Dahulu Banyuwangi tidak dilirik wisatawan, kini menjadi salah satu destinasi wisata terkenal di dalam dan luar negeri. Tingkat kemiskinan pun turun dari dua digit menjadi 7%. Tidak terbayangkan Banyuwangi mampu melakukan transformasi menjadi  salah satu kabupaten di Jawa Timur dengan pertumbuhan ekonomi signifikan. Peningkatan  kesejahteraan masyarakat Banyuwangi didorong oleh peningkatan kunjungan wisata domestik serta mancanegara.

Banyuwangi memiliki potensi laut sangat besar. Sepanjang 177 km garis pantai menjadi aset untuk mengundang turis. Dengan membuat Banyuwangi menjadi daerah pariwisata, daerah ini berubah total. Wilayah Banyuwangi yang semula kotor dan tidak aman kini menjadi kawasan yang bersih dan aman. Akan tetapi, keadaan ini tidak lepas dari peran masyarakat yang mendukung pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam melaksanakan pembangunan. Sebagai apresiasi dari pemerintah, pada 2018 Kabupaten Banyuwangi masuk daftar Top 100 Kalender Wonder Events Visit Wonderful Indonesia 2018. Agenda tersebut termasuk seratus kegiatan besar yang berlangsung di berbagai pelosok Indonesia.

Makin tinggi angka kunjungan wisatawan di Banyuwangi, makin sejahtera pula rakyatnya. Masyarakat Banyuwangi mulai pedagang kaki lima (PKL), pemilik rumah makan, pengelola pusat oleh-oleh, sampai hotel mendapat keuntungan. Para wisatawan akan mengeluarkan uang untuk menikmati berbagai fasilitas di Banyuwangi.

Sumber: "Transformasi Banyuwangi Turunkan Tingkat Kemiskinan", https://pelakubisnis.com/2010/08/transformasi-banyuwangi furunkan tingkat-kemiskinan, diakses 30 Oktober 2020

 

 

NOMOR 3-4

Menahan Lonjakan Kemiskinan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 26,42 juta orang miskin di Indonesia pada Maret 2020. Jumlah ini naik 1,63 juta orang dari September 2019 sebanyak 24,79 juta. Dengan jumlah tersebut, tingkat kemiskinan sebesar 9,78% dari total populasi nasional. Jika tidak diredam, pada September angka kemiskinan akan melonjak tajam. Menurut prediksi Bank Dunia, angka kemiskinan dapat mencapai 34 juta orang.

Semua proyeksi buruk itu bisa diredam dengan kebijakan yang tepat. Program jaring pengaman sosial yang disalurkan dalam bentuk bantuan sosial harus dievaluasi. Amburadulnya data penerima menyebabkan banyak bantuan sosial harus dievaluasi. Akibatnya, bantuan sosial tidak mampu menahan turunnya pendapatan masyarakat akibat pandemi Covid-19.

Pemerintah sudah menyiapkan ratusan triliun untuk mengatasi pandemi, termasuk mengantisipasi dampaknya terhadap ekonomi. Tantangan terberat ialah penyerapan anggaran yang tepat sasaran. Anggaran yang besar tanpa terserap dan dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat tidak akan efektif. Selain melalui bantuan sosial, pengentasan warga dari kemiskinan dilakukan melalui perbaikan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan skala ekonomi usaha mikro, kecil, dan menengah.

Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2064-menahan-lonjakan-kemiskinan

 

 

NOMOR 5-6

 INFOGRAFIS :

 

 

 

NOMOR 7

Usahaku dengan Rudy ini tenyata tidak buruk. Dalam hal ini, pendapatannya bahkan lebih besar daripada pendapatan di hotel dulu. la gembira. Selalu menyanyi atau bersiul sambil menggoreng telur. Pelanggan kami pun menyukai Rudy yang tidak banyak bicara, tetapi selalu bersiul atau menyanyi atau tersenyum.

Dikutip dari: Bondan Winarno, "Rudi dan Kami" dalam Petang Panjang di Central Park, Jakarta, Noura, 2016

  


NOMOR 8

Paijo terus pergi, dan orang-orang kembali. Para perempuan dan laki-laki penabung itu tentu akan dapat marah dari Kasan Ngali. Pasti sudah. Paijo tertawa keras-keras, “Hi-hu! Tahu rasa! Hi-hu!” Tiba-tiba Pak Mantri sudah di belakang Paijo.

“Nak, ke sinilah,” ajak Pak Mantri.

Ah, alangkah malu tertawa keras diketahui Pak Mantri. Paijo menyesali perbuatan itu. Alangkah hinanya tertawa begitu. Urakan! Tiba di kantor, kata Pak Mantri:

“Tidak pantas tertawa begitu, Nak!”

Hah, betul. Pak Mantri menegurnya. Paijo malu lagi. Mukanya merah. Sudah besar begitu masih harus dinasihati pula. “Sebentar lagi engkau akan jadi orang lain, Nak. Setiap orang harus sadar akan kedudukannya. Tukang gerobak boleh tertawa keras. Tetapi seorang kepala pasar tidak. Seorang guru tidak. Lagi pula yang penting, ingatlah bahwa kau orang Jawa. Ketika engkau gembira, ingatlah pada suatu kali kau akan mendapat kesusahan. Aapalagi menertawakan nasib buruk orang lain, Nak. Jangan, sekali-kali jangan. Orang yang berpangkat harus berbuat baik , suka menolong. Kalau ada yang kesusahan, harus bisa membantu. Jangan malah menertawakan. Kalau tidak bisa membantu, menyesallah. Dan berjanjilah suatu kali kau akan membantu. Sebailknya, ikutlah berdukacita atas kemalangan orang lain. Engkau boleh tertawa apabila saudaramu beroleh kesukaan. Berusahalah bersama orang yang susah, bergembiralah bersama orang yang bergembira. Renungkanlah, Nak,” Pak Mantri menarik napas. Paijo mengangkat muka.

“Ya, Pak, Betul.”

Keduanya saling bertatapan. Laki-laki tua mengangguk-angguk. Pak Mantri bertepuk tangan.

“Engkau suka tembang?”

“Ya, Pak.”

“Bagus, Orang Jawa harus suka sastra! Hilangkan susah! Mari kita sekarang bersenang. Bukan karena orang lain susah, tetapi karena kita telah berhasil. Coba, Nak. Saya ada beberapa tembang. Yang saya buat baru saja. Tembangkan, ya?"

 

 

NOMOR 9-10

Ketika turun dari lantai tiga sebuah hotel di Bulaksumur, dekat kampus UGM, yang ada di kepala Sarwono hanya satu: ke Malioboro mencari kios majalah. Kali ini ia sedang di Yogya untuk kesekian kalinya atas perintah Kaprodinya di FISIP-UI yang disampaikan ketika ia baru saja pulang dari penelitian yang menguras pikiran, perasaan, tenaga, dan entah apa lagi. Beberapa minggu lamanya ia merasa telah menguji tenaganya mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk sebuah penelitian berkelanjutan tentang apa yang dikenal sebagai daerah konflik di kawasan timur. Sudah sekitar seminggu ia berada di Solo, di tengah keluarganya, untuk membebaskan diri dari rasa capai yang tidak pernah dirasakannya sebelum ini. Begitu merasa agak mendingan, ia-atas permintaan 'Sang Penguasa Prodi Antropologi di FISIP-UI-langsung saja mengontak rekan-rekannya di UGM, mengusulkan untuk menyelenggarakan pertemuan mendadak, terbatas, demi menuntaskan penelitian terdahulu yang sudah lama terbengkalai tentang daerah pinggiran-antara lain justru karena dianggap enteng pelaksanaannya.

Dikutip darl: Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2017



NOMOR 11

Nek Sita mencerikatan kalau manusia disakiti orang lain, diam saja dan bersabar saja. Tuhan yang akan membalas kepada orang yang menyakiti kita. Kita tidak perlu membalasnya. Dendam dan sakit hati tak perlu diobati dengan balas dendam. Tapi obati dengan menjalani kehidupan apa adanya.

“Bagi siapa yang menanam, maka dia yang akan menuai.”

Nek Sita bercerita agar siapa pun yang mendengar ceritanya dapat mengambil pelajaran dari kisah hidupnya. Agar jangan sampai mengambil sikap yang sama. Belajar bukan hanya dari pengalaman diri sendiri, juga dari kisah orang lain.

“Tak ada satupun yang ada di alam semesta ini lepas dari balasan Tuhan.”

Sebuah senyuman tulus kini terukir dari bibir Nek Sita. Senyuman kalau dia memang ingin agar aku dan Vanty mengambil hikmah dari kisah hidupnya.

 

 

 NOMOR 12

Transmigran dari Jawa mempunyai cara untuk memberi nama-nama tempat di daerah mereka yang baru. Pendatang paling awal, ketika menjelajahi lingkungan, sampai di suatu tepian sungai nyaman dan terang. Mereka berhenti melepaskan lelah. Tempat itu untuk seterusnya diberi nama Sayahan. Sayah adalah perkataan yang bagus untuk lelah dalam bahasa Jawa. Dan orang tran mengabadikan nama tersebut. Misal yang lain adalah nama sebuah danau. Sebetulnya bukan danau, melainkan genangan air yang luas. Tempat itu menerima kelebihan air dari beberapa sungai yang lewat di sana. Namanya Rawaduda. Kabarnya, karena yang sampai di situ pertama kalinya adalah sekelompok lelaki yang kebetulan tidak beristri. Duda berarti janda lelaki, karena bercerai atau karena ditinggal mati istri. Ada lagi yang diberi nama Banyubiru. Di situ, bagian sungai berwarna biru pada waktu-waktu tertentu. Pantulan ganggang atau tumbuh-tumbuhan yang hidup di dasar memberi warna biru indah jika tertimpa sinar tengah hari.

 Argopeni adalah nama yang diberikan orang-orang tran kepada Desa Serindai, meliputi rantai bukit-bukit kecil yang dapat dipandang dari desa itu juga. Memang dipandang dari beberapa tempat, datang ke atau meninggalkan desa, semuanya serba indah. Keindahan yang tidak mencolok, tetapi yang diam-diam. Bukan pula kebesaran sawah-sawah bertingkat seperti di Jawa. Sinar matahari berlainan warnanya. Barangkali disebabkan oleh kelompok awan atau kelembapan berbeda. Hutan lebat sangat mempengaruhi semua itu. Sementara yang disebut hutan di Jawa hanya berupa jajaran pohon-pohon karet atau jati hasil tanaman manusia.

Dikutip dari: Nh. Dini, Tanah Baru Tanah Air Kedua, Bandung, Pustaka Jaya, 2014

 

 

  NOMOR 13

PENTINGNYA BEROLAHRAGA

Kita sering kali melakukan olahraga. Bahkan, orang-orang di sekitar kita juga sering menyarankan kita untuk melakukan aktivitas tersebut. Rupanya, ada keterkaitan antara berolahraga dengan kesehatan fisik dan mental, misalnya terkait dengan perkembangan tubuh dan interaksi sosial.

Perlu diketahui bahwa olahraga bermanfaat dalam mencegah risiko berbagai penyakit. Saat tubuh jarang melakukan olahraga, lemak akan menumpuk di dalam tubuh sehingga dapat berujung pada terjadinya obesitas. Namun, dengan berolahraga secara teratur, tumpukan lemak yang ada di dalam tubuh bisa terbakar. Selain itu, saat berolahraga, terjadi kontraksi otot-otot tubuh yang menyebabkan cairan getah bening dapat mengalir dengan lancar. Cairan getah bening merupakan cairan yang mengandung sel-sel darah putih yang berkaitan dengan sistem pertahanan tubuh. Berbeda dengan pembuluh darah, cairan getah bening ini tidak mengalir karena kontraksi jantung, tetapi karena kontraksi otot-otot yang melekat pada rangka tubuh kita.

Selain manfaat tersebut, olahraga juga dapat meningkatkan perkembangan tubuh. Aktivitas yang dilakukan selama olahraga akan membantu tubuh untuk lebih cepat berkembang. Ketika berolahraga, terjadi kontraksi otot-otot yang menyebabkan otot lebih terlatih dan akan berkembang dengan baik. Selain itu, aktivitas olahraga yang diiringi gizi seimbang juga dapat membuat metabolisme tubuh menjadi lebih lancar karena hormon pertumbuhan bekerja lebih maksimal.

Selain bermanfaat bagi kesehatan fisik, olahraga juga dapat meningkatkan interaksi sosial. Ketika olahraga dilakukan dalam kelompok, misalnya saat bermain sepak bola, basket, dan futsal, terjadi proses perkenalan dengan orang lain, baik dengan orang di dalam tim maupun di luar tim. Selain itu, terjadi proses saling bekerja sama saat bermain atau bertanding. Adanya kompetisi yang sehat dalam permainan olahraga tersebut juga membuat kita menjadi lebih jujur. Akhirnya, kita menjadi terbiasa dalam melakukan interaksi sosial.

SumberApriantono, Tommy. 2018. "Mengapa Kita Harus Berolahraga?". Anakbertanya. Diakses 26 Maret 2021. https://anakbertanya.com/mengapa-kita-harus-berolahraga/

 

 

NOMOR 14-15

 INFOGRAFIS :


 

 

NOMOR 16

 

 

 

 NOMOR 17-18

Layar Sentuh, Teknologi Fiksi Jadi Nyata

Beberapa dekade lalu, teknologi layar sentuh (touchscreen) mungkin hanya bisa dilihat di film fiksi. Kini, teknologi ini telah menyatu dalam kehidupan manusia. Berbagai perangkat, seperti ponsel pintar (smartphone), tablet, komputer, dan jam pintar (smartwatch) telah disemati teknologi ini.

Pada 1965 E.A. Johnson, seorang insinyur asal Inggris, menemukan teknologi layar sentuh berbasis jari yang dikenal sebagai layar sentuh kapasitif. Bagian konduktif adalah jari manusia. Saat itu teknologi hasil temuan Johnson hanya dapat memproses satu sentuhan dalam satu waktu. Saat ini teknologi multisentuhan (multitouch) telah berkembang pesat.

Pada 1970-an layar sentuh resistif ditemukan oleh Dr. G. Samuel Hurst dari Amerika secara tidak sengaja. Samuel Hurst dan timnya menggunakan kertas konduktif elektrik untuk membaca koordinat X dan Y. Gagasan itu diterapkan pada layar sentuh pertama untuk komputer. Samuel Hurst dan tim menyebut layar sentuh baru yang diciptakan itu sebagai Elographics. Teknologi layar sentuh resistit merespons tekanan dari konduktivitas listrik yang bekerja dengan stylus dan jari. Teknologi layar sentuh resistif sangat terjangkau untuk diproduksi. Produsen smartphone telah lama menggunakan layar sentuh resistif. Saat ini teknologi tersebut telah digunakan pada banyak ponsel kelas bawah.

Sumber: "Penemuan yang Mengubah Dunia: Layar Sentuh Teknologi Fiksi Jadi Nyata", https://sains.kompas.com/ read/2020/02/20/080200923/penemuan-yang-mengubah-dunia-layar-sentuh-teknologi-fiks-jad-nyata?page-all, diakses

 


 NOMOR 19

Kalau engkau terpelajar, dan tinggal di kota kecamatan itu, berhubunganlah dengan Pak Mantri Pasar. Sebab tidak seorang pun kecuali Kasan Ngali, tentu yang mengaku orang Jawa tidak memujinya. Tanyakanlah kepada Pak Camat atau Pak Kepala Polisi, dan ibu jari mereka akan diacungkan: "Nah, Pak Mantri Pasar itu. Begini!" Segala yang baik bagi hidup jujur, setia, sopan santun, tahu diri menumpuk padanya. Siapa tidak percaya kebaikan budi Pak Mantri Pasar, baik bertanya pada diri sendiri apakah keputusan itu sepantasnya. Tetapi, nanti dululah. Orang itu bermacam-macam, atau menurut istilah Pak Mantri Pasar, "Orang itu bukan garam, maka jangan dianggap sama asinnya. Alhasil kalau sekali terjadi keributan yang bersumber pada Pak Mantri Pasar, anggaplah biasa saja. Tidak ada yang aneh di dunia. Apa pun bisa terjadi, dunia tak selebar daun kelor.

Dikutip dari Kunowijoyo, Pasar Yogyakarta, Mata Angin, 2016

 

 

 NOMOR 20

Sulap Limbah Kayu Jadi Mainan Edukatif

 Kreativitas yang tinggi dibutuhkan untuk memanfaatkan barang bekas, seperti yang dilakukan Farid Setiawan, warga Kediri. Dia memanfaatkan limbah kayu pinus menjadi mainan edukatif untuk anak anak usia dini. Ide kreatif itu muncul setelah dia sering mendapatkan pesanan mainan anak. Farid tidak pernah menduga akan membuat mainan anak berbahan kayu karena dia tidak memiliki bakat khusus.

Bermula ketika seorang guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang tinggal di depan rumahnya bingung mendapatkan alat peraga edukasi, seperti balok mainan. Farid kemudian berselancar di internet untuk mencari informasi itu. Akhimya, dia menemukan informasi yang dimaksud dan menerima pesanan pertamanya. Dia kemudian membuat sendiri sesuai pesanan dengan harga agak miring.

Farid Setiawan terus mencari informasi di internet dan memperbaiki standar keamanan mainan produksinya. Hasilnya, dia menemukan bahan yang aman, yaitu limbah kayu pinus yang mudah didapat di Kediri Limbah kayu pinus dloven dahulu agar tidak bergetah. Pewarna yang digunakan adalah cat air dan pemis. Pembuatannya dimulai dengan memotong balok bekas, membuat garis pola, memotong balok sesual pola, menghaluskan, dan mengecat,

Hasil produksinya antara lain balok bangunan, balok transportasi, dan puzzle. Harga mainan produksinya kira-kira Rp50 ribu hingga Rp300 ribu, tergantung kerumitan, ukuran mainan, dan banyaknya kayu yang digunakan. Selain dijual langsung, Farid juga menjualnya melalui media sosial dan toko online. Pesanan datang dari hampir seluruh PAUD dan TK di Kediri dan kota-kota lainnya.

Sumber: "Sulap Limbah Kayu Jadi Mainan Edukatif, https://karanmemo.com/aulap timban-kayu-jadi-mainan-edukatif, diakses 2 November 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar